Penanganan DB Siyono Kidul

fredy 29 Januari 2020 11:48:36 WIB

Rabu 29 Januari 2020, Puskesmas Playen I melakukan penyuluhan tentang Demam Dengue atau Demam Berdarah di balai padukuhan Siyono Kidul. Hadir sebagai Narasumber dari puskesmas yaitu M. Cholid Widodo, SKM, Sumarni, AMKL dan Adhik Intan Triasmara.

Sasaran kegiatan ini adalah warga RT 44 Siyono Kidul, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari adanya laporan dengan surat keterangan positif DB dari salah satu warga.

Menurut Sumarni terdapat 3 warga Siyono Kidul yang dilaporkan menderita DB, namun yang sudah melaporkan dengan surat keterangan baru satu, yaitu pasien yang di opname Puskesmas, untuk yang dirawat di RS Bethesda dan RSUD Gunungkidul belum mendapatkan surat keterangan.

Namun dari satu surat ini pihak Puskesmas sudah dapat menjadi dasar bagi petugas untuk turun ke wilayah penderita DB untuk melakukan langkah penyelidikan. Petugas kemudian akan melakukan :

  1. Pemantauan Jentik. Petugas mengecek langsung ke dalam rumah akan adanya jentik nyamuk, serta keadaan lingkungan sekitar rumah.
  2. Penyuluhan DD/DBD. Masyarakat dijelaskan tentang indikasi penyakit DB dan penanganan selanjutnya.
  3. Pemberian Abatisasi (obat Abate) ke masyarakat di lingkungan fokus penderita. Komposisi obat yaitu 1 sendok makan untuk 1 meter kubik air.
  4. Fogging. Dengan syarat terdapat 2 orang yang dinyatakan positif DBD, atau jika terdapat 2-3 anak yang panas mendekati DBD.

Sebelumnya pihak Puskesmas telah melakukan kunjungan ke rumah warga untuk pemantauan jentik dan potensi sumber sarang nyamuk. Kemudian pada hari Rabu ini Puskesmas melakukan penyuluhan agar warga masyarakat kembali sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.

M. Cholid Widodo mengingatkan akan siklus 5 tahunan DB. Pada tahun 2010, 2015/2016, terdapat peningkatan jumlah kasus penderita DB.

"Pada 2019/2020 ini kita perlu waspada akan adanya potensi siklus 5 tahunan DB"

Karena DB merupakan permasalahan bersama maka masyarakat perlu bersama-sama menjaga lingkungan. Warga disarankan melakukan tindakan

  1. Menguras bak/tempat penampungan air.
  2. Menutup tempat penampungan air.
  3. Mendaur ulang barang yang tidak terpakai.

Lalu ditambahkan dengan ikanisasi yaitu memelihara ikan di tempat penampungan.

Untuk fogging dijelaskan kelebihan dan kekurangan jika dilakukan pengasapan. Warga mempunyai hak jika tidak bersedia untuk dilakukan fogging. Untuk saat ini karena belum tersedianya obat untuk fogging masyarakat harus segera aktif dalam penjagaan lingkungan seperti diatas.

Turut hadir dalam kegiatan ini perwakilan dari kalurahan dan kader kesehatan Siyono Kidul.

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung